Jumat Berkah Korem 132/Tdl, Kisah Sya`ban Motivasi dan Inspirasi Dalam Bersedekah

PALU – Jumat Berkah dengan menyediakan makan siang kepada jamaah Masjid Al-Aqsha Korem 132/Tdl merupakan salah satu program rutin unggulan yang di inisiasi oleh Danrem 132/Tdl, Brigjen TNI Dody Triwinarto, S.IP., M.Han., sebagai wujud bakti dan cinta TNI kepada rakyat. 

Danrem 132/Tdl, Brigjen TNI Dody Triwinarto, S.IP., M.Han., diwakili Kasiter Kasrem 132/Tdl, Kolonel Inf Fifin Zudi Syaifuddin, S.pd ,

berharap Jumat Berkah yang dilaksanakan oleh Korem 132/Tdl dan jajarannya ini,  dapat meningkatkan kemanunggalan TNI dengan rakyat dan jalinan silaturahmi antara prajurit dengan masyarakat sekitar lebih baik lagi.

“Dengan kegiatan ini kami berharap, Prajurit Petarung Korem 132/Tdl selalu dekat dengan rakyat dan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat,”ucap Kasiter saat makan bersama Masyarakat dan Prajurt di halaman Masjid Al-Aqsha Makorem 132/Tdl, Palu, Jumat (1/3/2024).

Ustadz Nurdin M.A dalam Khotbahnya menguraikan kisah hidup Sya’ban seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat populer karena ibadah-ibadah yang dilakukan bersama Rasulullah Saw.

“Sya’ban adalah seorang sahabat yang selalu melaksanakan shalat subuh berjamaah, ia menempuh perjalanan hingga ± 3 jam jalan kaki untuk mencapai masjid hanya untuk bisa melaksanakan sahabat subuh berjamaah bersama Rasulullah,”ujarnya.

Di pagi itu Rasulullah SAW sempat menunda shalat subuh beberapa saat karena Rasulullah melihat Sya’ban tidak ada di posisi di mana ia sering berdiri melaksanakan shalat. 

Hingga yang ditunggu-tunggu pun belum muncul, maka Rasulullah melanjutkan untuk shalat.

Selesai shalat kemudian Rasulullah dan beberapa sahabat lainnya langsung menuju rumah Sya’ban.

Kedatangan Rasulullah Saw bersama para sahabat disambut oleh istri Sya’ban.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.

“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.

“Bolekah kami menemui Sya’ban, ia tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.

Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban menjawab “Beliau telah meninggal dunia tadi pagi”

Lalu istri Sya’ban pun menceritakan apa yang dilihatnya pada saat sakaratul maut, dan Sya’ban mengucapkan beberapa kalimat yang ia tidak mengerti.

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

Dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.

Kemudian Nabi menjelaskan masing-masing maksud ucapan Sya’ban tersebut.

Mengapa tidak lebih jauh? Saat sakaratul maut, Sya’ban ditampilkan pahala besar karena perjalanan jauhnya dari rumah ke masjid.

Maka Sya’ban pun menyesal mengapa jaraknya tidak lebih jauh sehingga pahalanya lebih besar.

Mengapa tidak yang baru? Penyesalan itu diungkapkan oleh Sya’ban karena ia pernah memberikan baju luar yang butut kepada seorang yang kedinginan.

Setelah ditampakkan besarnya pahala sedekah baju itu, Sya’ban menyesal, mengapa yang diberikan bukanlah baju yang baru sehingga pahalanya lebih besar.

Mengapa tidak semuanya? Sya’ban menyesal karena ia pernah bersedekah sebagian roti kepada seseorang. Ketika ditampakkan besarnya pahala sedekah itu, Sya’ban menyesal, mengapa ia tidak menyedekahkan semua roti yang dimilikinya saat itu.

“Dari kisah Sya’ban tersebut marilah sekarang kita menilai diri sendiri. Sekelas Sya’ban saja bisa menyesal ketika saat sakaratul maut menjemputnya. Menyesal mengapa tidak lebih banyak lagi berbuat amal kebaikan,”kata Nurdin M.A

Sekiranya dia mengetahui begitu besarnya pahala yang diberikan oleh Allah SWT saat ia memberikan baju dan rotinya kepada orang lain sebagai sedekah tentu ia akan berikan roti itu semuanya.

Begitu juga dengan baju baru yang ia pakai. Pastilah akan disedekahkan. Itulah penyesalan Sya’ban.

“Oleh karena itu, kita yang saat ini masih diberikan kesempatan, marilah meningkatkan sedekah kita,”pintanya. (Penrem_132).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *